-->
 
Pura Tirta Empul

BERANDAARCHIVEQUR'ANYASINTAHLILAMALAN

     
Pura Tirta Empul
B
erlokasi di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Desa ini mempunyai lingkungan alam yang menghijau menggambarkan kesuburan dengan hamparan tanah pertanian yang produktif. Di desa ini terdapat beberapa buah sungai, antara lain yang terpenting ialah Sungai Pakerisan dan Sungai Petanu, merupakan sumberdaya alam yang penting bagi kelangsungan hidup masyarakat sekitarnya. Kedua sungai tersebut mendapatkan air dari sumbernya di kaki pegunungan Kintamani, sehingga hampir tidak pernah kekurangan cadangan air. Dan air dari sungai-sungai itu selanjutnya dialirkan ke sawah-sawah pertanian dengan harapan agar mendapatkan hasil pertanian yang melimpah. Desa Manukaya juga mempunyai sejumlah mata air yang cukup besar,yaitu petirtaan Pura Tirta Empul dan petirtaan Pura Mangening yang dianggap suci dan mendapat resapan air yang tidak pernah kering dari kaki pegunungan Kintamani.

Hutan di bagian perbukitan atau di daerah dataran tinggi Desa Manukaya dengan berbagai pepohonan antara lain, yang menghasilkan buah-buahan seperti durian, mangga, pisang. Di tengah-tengah hutan yang serba hijau, terdapat sejumlah fauna sebagai penghuninya. Dari bagian dataran tinggi menurun ke arah selatan, terdapat dataran rendah yang dimanfaatkan sebagai permukiman penduduk dengan membangun desa untuk tempat hunian. Sebagian dari dataran ini adalah tanah sawah pertanian yang subur karena mengandung endapan material vulkanik dari Gunung Batur yang meletus berkali-kali. Tanah sawah penduduk yang berteras-teras adalah ekosistem kehidupan alami yang sangat menarik dan menawarkan keharmonisan, keseimbangan hidup, kepada masyarakat pemukimnya. Bentang alam dan lingkungan hidup seperti di atas, memperlihatkan wajah yang sarat dengan tinggalan sejarah masa lalu, yang sudah lama menarik perhatian para ahli arkeologi, sejarah, dan kebudayaan. Dua di antara sungaisungai tersebut di atas, yakni Sungai Pakerisan dan Sungai Petanu menjadi terkenal dalam sejarah Bali Kuno. Di sepanjang aliran kedua sungai ini telah dibangun kawasan budaya yang sampai sekarang masih menjadi kawasan sakral.

Penelitian arkeologi mendapatkan bukti-bukti bahwa kawasan ini memang menyimpan sejumlah tinggalan arkeologi yang sampai sekarang masih berfungsi sakral (sacred living monuments), tersebar di Desa Panempahan, Desa Manukaya, dan Tampaksiring. Padatnya populasi pusaka budaya di kawasan ini dapat dipandang sebagai suatu indikasi mengenai pemukiman masyarakat dan padatnya hunian atau tingginya mobilitas sosial yang terjadi di masa lalu. Konsentrasi pusaka budaya di desa ini dapat pula dianggap bahwa peradaban Bali Kuno lahir di kawasan budaya ini. Pusaka budaya yang tersebar di kawasan ini salah satu diantaranya adalah Pura Tirta Empul. Seperti telah disebutkan di atas bahwa Desa Manukaya adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Tampaksiring. Desa ini berjarak 18 km dari ibukota Kabupaten Gianyar dan 38 km dari Kota Denpasar. Desa Manukaya relatif datar, dengan beberapa buah sungai kecil membelah desa dan mengalir ke sawah-sawah yang ada di wilayah desa tersebut. Pertanian basah yang relatif subur telah menghasilkan padi yang berlimpah, sementara pertanian kering yang cukup luas dapat menghasilkan berbagai komoditi, seperti kacang tanah, jagung, ketela pohon, dan ketela lambat. Lahan perkebunan yang ada di wilayah Desa Manukaya menghasilkan cengkeh, kopi, panili, dan kelapa.

Secara geografis Desa Manukaya memiliki posisi yang strategis, karena berada di jalur pariwisata yang berhubungan dengan jalur wisata Kintamani dan Besakih. Secara topografis bentuk lahan di wilayah ini adalah berupa dataran yang cukup subur dan terletak pada ketinggian 500-700 meter di atas permukaan laut. Curah hujan dalam setiap tahunnya mencapai 1488 mm, dengan suhu udara yang cukup sejuk sekitar 27 OC (Balai Penyuluh Pertanian Tampaksiring, 2007).Secara administratif wilayah Desa Manukaya terdiri atas sembilan desa adat dan 13 banjar/dusun. Kesembilan desa adat tersebut ialah Desa Adat Manukaya Let, Manukaya Anyar, Panempahan, Malet, Temen, Keranjangan, Basangambu, Maniktawang, dan Mancingan. Sedangkan ke-13 banjar yang ada di wilayah Desa Manukaya adalah Banjar Manukaya Let, Tatag, Bantas, Manukaya Anyar, Panempahan, Malet, Temen, Keranjangan, Basangambu, Belahan, Maniktawang, dan Panedengan.
Batas Teritorial Desa Manukaya :

  • Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Pengelumbaran (Bangli).
  • Di sebelah timur berbatasan dengan Desa Susut Bangli.
  • Di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tampaksiring (Gianyar).
  • Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Pupuan Tegallalang (Gianyar).
Pura Tirta Empul dapat dicapai dengan mudah, karena telah dihubungkan oleh jalan raya yang sangat baik. Dari Kota Denpasar, perjalanan akan menempuh jarak lebih kurang 32 km melalui jurusan Desa Bedulu-Pejeng- Tampaksiring. Untuk sampai di lokasi, pada pertigaan jalan sebelum memasuki area Istana Presiden Tampaksiring terdapat jalan membelok ke kanan. Setelah menempuh jarak sekitar 600 meter maka tibalah di Pura Tirta Empul.Secara astronomis, posisi Pura Tirta Empul terletak pada koordinat 1150 18’43’ Bujur Timur dan 80 10’30’ Lintang Selatan serta berada pada ketinggian 479 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata pada situs ini adalah 230C dan curah hujan pertahun mencapai 1618 mm, dengan kelembaban udara 76%. Kondisi klimatologis seperti itu menyebabkan suhu yang sejuk di dalam pura. Lingkungan mikro yang cukup lembab ini mungkin disebabkan oleh karena letak Pura Tirta Empul boleh dikatakan paling rendah jika dibandingkan dengan tempat sekitarnya yang merupakan perbukitan kecil. Tempat yang rendah ini tampaknya disebabkan karena pusaka budaya ini berorientasi pada mata air yang pada umumnya terdapat pada bagian yang paling rendah.

Memasuki areal Pura Tirta Empul, tampak panorama yang cukup indah. Tidak jauh dari pura, tepatnya di sebelah timur sungai kecil terdapat puluhan kios yang menjual barang cendramata. Selain itu, terdapat pula halaman parkir yang cukup luas untuk menampung kendaraan pengunjung. Fasilitas ini tersedia karena Pura Tirta Empul merupakan salah satu daya tarik wisata dan mendapat kunjungan wisatawan yang cukup banyak.Sebagaimana namanya, situs Pura Tirta Empul mempunyai sumber mata air yang sangat jernih. Mata air yang dianggap suci ini terletak di bagian halaman tengah pura, lalu dialirkan ke kolam permandian yang ada di halaman luar melalui lubang pancuran dan sisanya dialirkan ke Sungai Pakerisan yang berada di sisi timur pura. Mata air ini oleh masyarakat setempat diyakini sebagai sumber kekuatan magis yang dapat memberi kehidupan dan kemakmuran serta menyucikan diri.

Keadaan pura saat ini secara keseluruhan terawat dengan baik, karena merupakan daya tarik wisata yang secara langsung mendapat pengawasan dari pemerintah maupun desa adat setempat. Sebagai daya tarik wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan, kawasan ini telah ditata sesuai dengan konsep pelestarian yang diatur oleh Undang-undang Benda Cagar Budaya. Selain itu, diupayakan pula untuk membedakan kawasan yang bersifat profan dan sakral. Kawasan sakral sama sekali tidak boleh ada bangunan lain kecuali terkait dengan kegiatan upacara keagamaan. Sedangkan kawasan profan diperuntukkan untuk kepentingan umum seperti toilet, artshop, lahan parkir, tiketing, warung makan, dan sebagainya.
Source : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
Posted On : 3 Maret 2021 Time : 21.31
SHARE TO :
| | Powered By : C.(BH-elatos) | Copyright By : cuerosbhelatos | |